Tampilkan postingan dengan label semangat dan gairah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label semangat dan gairah. Tampilkan semua postingan

Pertarungan Belum Usai, Sobat !

Rabu, 21 Mei 2014
Hari Selasa, 20 Mei 2014, tinggal satu hari lagi. Sobat gaulislam, rasa-rasanya, jika tak ada halangan, sesuai rencana yang bulan lalu ditetapkan Kemdikbud, inilah hari yang ditunggu-tunggu, atau mungkin juga membuat merinding kamu para pelajar SMA/MA/SMK (termasuk Paket C dan Paket C Kejuruan) yang telah melewati ‘pertarungan’ hebat melawan ‘brigade’ soal-soal Ujian Nasional beberapa waktu yang lalu. Inilah hari yang akan segera manjadi sejarah penting dalam timeline hidupmu. Karena di hari tersebut, kamu akan tahu keputusan apa yang tertulis dalam lembaran takdirmu; lulus, ataukah sebaliknya.
www.gaulislam.com
Mungkin bagi kamu yang melewati UN kemarin dengan lancar alias jauh dari bingung, menghadapinya dengan segudang penuh amunisi, rasa-rasanya, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan. Seharusnya, kamu bisa menjalani hari-hari dengan perasaan ringan. Toh kamu bisa mengerjakan soal-soal UN dengan mudah dan lancar, bukan? Kalau sudah demikian, apalagi yang hendak dikhawatirkan?
Beda halnya seandainya kamu menghadapi UN kemarin dengan ‘amunisi’ seadanya, contek sana contek sini, clingak-clinguk, menyandarkan nasib hanya pada kecurangan orang-orang di sekitarmu, detik-detik menanti hasil pengumuman kelulusan, tentulah menjelma menjadi menjadi sebuah penantian yang menyesakkan. Semakin dekat dengan hari itu, semakin sesak rasanya rongga dadamu. Tak ubahnya menanti sebuah kematian. Berdebar-debar bahkan hingga tidak enak makan, tidur pun tak nyenyak, galau, atau mungkin uring-uringan, serta segenap perasaan tidak enak lainnya. Rawan galau, deh!
Namun, apa pun yang terjadi nanti, lulus atau pun sebaliknya, persoalan ini seharusnya tidak membuatmu gundah gulana. Kenapa? Karena baik yang lulus maupun tidak, semuanya akan memikul beban masing-masing yang sama-sama tidak ringan. Janganlah kamu berpikir bahwa dengan lulus UN itu adalah akhir dari segalanya. Puncak dari semua kebahagiaan. Tidak. Sekali lagi saya katakan tidak.
Justru setelah lulus nanti, kamu akan merasakan bahwa perjuangan hidup itu akan semakin berat saja. Ibarat kamu bermain sebuah game dan kamu berhasil melewati satu level tertentu, maka untuk selanjutnya, kamu akan dihadapkan pada level berikutnya yang tentunya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Lebih susah untuk ditaklukkan.
Maka setelah lulus SMA atau SMK nanti, kamu akan segera dihadapkan pada sebuah persoalan baru; ke manakah alur kehidupanmu kamu arahkan? Ini bukan persoalan mudah. Terutama bagi kamu yang mungkin belum memiliki rencana bahwa setelah lulus nanti, kamu akan ke mana dan mau ngapain.

Kuliah atau kerja, atau…?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Bagi mereka yang sudah punya rencana, mungkin akan memikirkan untuk kuliah atau bekerja. Namun tak sedikit juga yang bingung mau ngapain setelah lulus nanti. Belum sempat atau mungkin sengaja abai dari memetakan rencana-rencana hidup ke depannya itu bagaimana. Kuliah nggak, kerja pun ogah. Waduh!
Nah, bagi kamu yang masih bingung mau ngapain setelah lulus nanti, ada satu hal yang perlu kamu renungkan. Apa itu? Cobalah kamu keluar rumah. Lihatlah sekitar. Carilah kaleng-kaleng bekas, batok kelapa, selokan-selokan mampet, dan lain sebagainya yang mana di dalamnya terdapat air yang menggenang alias ‘enggan’ mengalir. Amatilah dan renungkanlah baik-baik.
Sobat gaulislam, kita semua pasti sepakat, bahwa air yang terlalu lama menggenang, lama tidak mengalir, pastilah menjadi tempat yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Kita ambil contoh selokan yang mampet misalnya. Pastilah ia menjadi tempat ideal bagi nyamuk-nyamuk pembawa penyakit untuk berkembang biak di sana. Pastilah ia akan mengeluarkan bau tak sedap yang membuat mual dan pusing mereka yang mendekatinya. Bakteri-bakteri merugikan juga pastilah senang berada di sana.
Maka seperti itu jugalah hidup jika dibiarkan berhenti mengalir. Hidupmu itu akan ‘penyakitan’ jika dibiarkan berhenti begitu saja. Jangan biarkan hari-hari setelah lulus nanti kamu isi dengan hanya makan – tidur – nongkrong – makan – tidur – nongkrong, menghabiskan waktu hanya dengan kegiatan tak berarti. Jangan! Karena itu sama saja kamu membuat hidupmu – dalam tanda kutip – berhenti mengalir. Hidupmu akan penyakitan, Sobat. Kamu akan ringan saja; main game melulu, ngegosip melulu, main gaple melulu, nonton sinetron melulu, dan banyak lagi ‘melulu-melulu’ lainnya.
Maka hidup harus terus bergerak maju, apa pun yang terjadi. Jika tidak, maka sebenarnya, tinggal menunggu waktu untuk patah dan jatuh. Cobalah perhatikan ketika kita naik sepeda. Tak ada pilihan lain supaya tidak jatuh selain terus mengayuh, bukan? Membuat sepeda itu terus bergerak maju. Maka sekali kaki enggan mengayuh dan sepeda berhenti, maka sebenarnya, di sanalah akhir dari cerita naik sepeda itu sendiri.
Maka jangan ragu untuk membuat hidupmu terus mengalir. Rencanakan segera apa saja yang akan kamu lakukan setelah lulus sekolah nanti. Jangan sampai bingung mau ngapain. Segera tentukan, kuliah atau bekerja. Tentukan segera target, kelak kamu ingin menjadi apa. Maka ketika tujuan sudah ada dan target hidup sudah dipancangkan, maka insya Allah, jalan hidupmu akan mengalir teratur. Hidupmu akan senentiasa terarah untuk mengejar segenap target yang telah ditetapkan. Jauh dari kesia-siaan.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Mungkin ada di antara kamu yang mengalami kondisi seperti ini: nggak kuliah karena tak punya biaya, terus nyari kerja juga susah karena lamaran ditolak melulu. Bagaimana dong?
Maka saya katakan di sini, jangan pernah berhenti berusaha hanya karena hal ini. Jika surat lamaran kerjamu ditolak lagi dan lagi, maka kamu harus berprinsip, buat serta kirim, lagi dan lagi. Ditolak lagi, cari lowongan lagi, kirim lagi. Begitu seterusnya. Jangan pernah jadikan halang rintangan ini sebagai pembenaran untuk berhenti berusaha. Kesulitan ada untuk dihadapi. Bukan untuk ditakuti dan dihindari. Lihatlah, bahkan Allah Ta’ala menjanjikan bahwasanya akan selalu ada kemudahan di balik sebuah kesulitan.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS al-Insyirah [94]: 6)
Juga jangan lupa untuk mengiringi setiap usaha dengan doa. Karena setiap persoalan yang ada di hadapan kita, sejatinya semuanya berada dalam genggaman Allah Ta’ala. Mudah saja bagi Allah untuk mengubah setiap jalan cerita. Membentangkan jalan kemudahan di tengah kesulitan. Oleh karenanya, hendaknya setiap harapan itu seharusnya senantiasa bertumpu pada-Nya melalui doa-doa yang dipanjatkan.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat yang sama, yang artinya: “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS al-Insyirah [94]: 8)
Itu sebabnya, selain mencari pekerjaan dan membuat surat lamaran kerja, sebenarnya ada banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan untuk membuat hidupmu terus mengalir. Misalnya, menambah dan mengasah keterampilan yang kamu miliki dengan mengikuti kursus-kursus. Entah itu kursus komputer, menjahit, macam-macam. Atau jika kamu punya saudara atau kenalan yang berkecimpung dalam dunia wirausaha, kamu bisa mencoba untuk ikut di dalamnya. Sekalian belajar dan menimba pengalaman di sana. Percayalah, semuanya ini tak akan pernah sia-sia.
Oya, mungkin juga kamu bisa menjajal sejauh mana kreativitas yang terpendam dalam dirimu dengan mencoba membuat usaha baru. Tidak harus dengan usaha yang membutuhkan modal besar. Membuat kerajinan dari barang-barang bekas misalnya. Siapa tahu itu semua bisa mengantarkanmu menjadi seorang pengusaha baru yang tidak hanya menopang kehidupanmu sendiri, tapi juga bisa mencukupi nafkah orang lain yang bekerja padamu.

Perjalanan belum berakhir
Sobat gaulislam, tak dapat dipungkiri bahwa lulus UN adalah salah satu bentuk kesuksesan hidup di dunia. Kita tentulah bergembira atas itu. Bangga atas keberhasilan yang telah diraih. Namun tahukah kalian, ada lagi sebenarnya jenis kesuksesan yang jauh lebih membahagiakan daripada hanya sekedar kesuksesan dunia. Mau tahu?
Jawabannya adalah kesuksesan hidup di akhirat. Seindah apa pun kesuksesan hidup di dunia berhasil kita raih, ketahuilah, itu semua tak akan bertahan lama. Paling banter ia akan bertahan sepanjang jatah umur manusia. Begitu umur manusia berakhir, maka berakhirlah segenap kesuksesan hidup di dunia itu.
Namun, lain halnya dengan kesuksesan hidup di akhirat. Sekali kamu bisa meraihnya, maka kamu akan terus menikmatinya, selamanya. Sebuah kesuksesan yang kekal abadi. Ketika kamu sudah berhasil menjejakkan kaki di surga, maka kamu akan terus merasakan kenikmatan yang ada di dalamnya, selamanya. Tak ada lagi batasan usia, batasan umur.
Perlu kamu ketahui, bahwa kesuksesan hidup di akhirat, tidak akan kamu dapatkan kecuali dengan mempelajari dan mentaati ajaran Islam. Itu sebabnya, penting bagi kamu ketika nanti sudah lulus sekolah, kuliah atau kerja, atau sedang dalam proses mencari kerja, atau apa pun yang kamu lakukan, untuk senantiasa ngaji alias belajar dan memperdalam Islam, mentaati apa yang telah kamu pelajari tentang Islam, syukur-syukur bisa ikut mendakwahkan pengetahuan keislaman yang kamu dapatkan dalam lingkungan di mana kamu tinggal (termasuk di kampus dan tempat kerja)
So, apalah artinya kesuksesan dunia jika harus mengorbankan kesuksesan akhirat. Apalah artinya jika ketika nanti kamu lulus sekolah, berhasil mendapatkan pekerjaan, namun pekerjaan yang kamu dapatkan adalah pekerjaan yang dimurkai oleh Allah Ta’ala. Bekerja dalam institusi ribawi misalnya. Untuk apa? Jika kesuksesan dunia itu hanya akan mengantarkanmu ke dalam api neraka.
Yuk, jangan terlalu khawatir dengan persoalan rezeki. Karena sebenarnya yang terpenting adalah melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah kepada kita serta menjauhi segala apa yang dilarangNya.
Maka setelah setelah pengumuman hasil UN nanti, siapkah kamu untuk kembali ‘bertarung’ dalam ronde kehidupan selanjutnya? Mengejar dua jenis kesuksesan ini dengan segenap kemampuan yang ada? Saya yakin, kamu (seharusnya) pasti siap. Kalo belum siap harus disiapkan dengan bekal iman, takwa, ikhlas, ilmu dan kerja keras. Semangat! [Farid Ab | abfarid.blogspot.com]
Read more ...

USAHA SETAN UNTUK MEMATAHKAN SEMANGAT ORANG BERIMAN

Selasa, 31 Juli 2012

Di halaman-halaman sebelumnya telah dinyatakan bahwa semangat orang beriman tidak pernah padam dan selalu segar dan kuat dan bahwa sumber keberlangsungan dan kegigihan gairah orang beriman adalah iman yang tulus. Karena itu, setan berusaha keras untuk memperlemah tekad orang beriman dan menggoyahkan gairah dan semangat mereka. Tujuan setan di dunia ini ialah menipu orang dan mendorong mereka kepada kehancuran dengan membisikkan saran-saran. Misi jahat setan diceritakan dalam al-Qur'an berikut ini:
"Dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong." (Q.s. an-Nisa': 119).
Setan mendekati orang-orang beriman dengan berbagai cara, sebagaimana dilakukan terhadap semua orang, dan berusaha untuk menjadikan hal-hal yang baik tampak salah. Dengan menggambarkan masalah-masalah sebagai tak terpecahkan, setan ingin memalingkan manusia dan mencegah mereka untuk menyelesaikan amal yang baik. Dia berusaha untuk membisikkan keputusasaan, dengan mengemukakan bahwa tugas mereka sulit, dan dia menggoda agar lalai, mendorong untuk putus asa dan menginginkan mereka memperlihatkan kehendak yang lemah. Namun, al-Qur'an menekankan bahwa semua usaha setan dan rekayasanya gagal:
"Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal apa yang dijanjikan setan hanyalah tipuan belaka." (Q.s. an-Nisa': 120).
"Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (Q.s. an-Nisa': 76).
Mereka yang dilukiskan al-Qur'an sebagai orang-orang yang tidak punya keimanan yang utuh dapat dengan mudah jatuh ke dalam perangkap setan, karena mereka tidak menggunakan ilmu dan kesadaran. Orang-orang semacam itu mengaku memiliki iman, tetapi tidak pernah merasakannya jauh di kedalaman hati mereka. Panggilan setan dan gaya hidup yang disodorkan tampak menggiurkan, sehingga mereka mengikutinya dengan senang. Namun, sebagaimana biasanya, setan hanya menipu orang-orang supaya jatuh ke neraka, tempat hukuman abadi. Orang-orang beriman tahu bahwa tipu daya setan itu lemah dan mereka juga tahu jenis tipu daya yang digunakan setan ketika mendekati mereka. Mereka tahu cara-cara untuk mengalahkannya dan tidak pernah membiarkan setan mematahkan semangat karena mereka membentuk kehidupan mereka sesuai dengan ajaran al-Qur'an. Sikap tegas dan tulus orang beriman digambarkan sebagai berikut:
"Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (Q.s. al-A'raf: 200-1).
Orang-orang beriman meminta perlindungan kepada Allah dari semua kerusakan, dan dengan demikian, tidak terpengaruh oleh bisikan setan yang mendorong mereka kepada kemalasan dan kecerobohan. Sebuah contoh tentang doa orang beriman dan permintaan perlindungan kepada Allah tampak dalam doa Nabi Muhammad saw.: "Ya Allah, aku mohon perlindungan-Mu dari kesedihan, dari kegagalan dan kemalasan, dan dari beban utang dan dari dikuasai oleh manusia." (H.r. Bukhari-Muslim).
Read more ...

SEMANGAT ORANG-ORANG BERIMAN

Selasa, 31 Juli 2012


Sumber Semangat Orang-orang Beriman: Iman, Cinta, dan Takwa Mereka kepada Allah
Semangat dan gairah orang-orang beriman sangat berbeda dari konsep yang banyak dianut masyarakat jahiliah, yang didasarkan pada kepentingan. Kecintaan orang-orang beriman kepada Allah dan ketaatan mereka kepada-Nya adalah penyebabnya. Mereka tidak merasa terikat dengan kehidupan dunia ini seperti para anggota masyarakat jahiliah, tetapi terikat dengan Allah, Yang Maha Pengasih, yang menciptakan mereka dari bukan apa-apa, dan memberi mereka berbagai sarana. Alasan yang terpenting ialah bahwa orang-orang beriman mengevaluasi peristiwa-peristiwa dengan kesadaran yang jernih. Mereka sadar bahwa Allah menjaga kehidupan seseorang setiap saat, bahwa Dia melindungi semua makhluk, dan bahwa semua makhluk bergantung kepada-Nya. Disebabkan oleh cinta mereka dan ketaatan mereka kepada Allah, mereka berusaha keras untuk memperoleh keridhaan-Nya sepanjang hidup mereka. Hasrat untuk memperoleh ridha Allah merupakan sumber terpenting semangat dan kegembiraan bagi orang-orang beriman. Cita-cita untuk memperoleh ridha Allah dan mencapai surga menjadi sumber energi dan semangat dalam diri orang-orang beriman.
Semangat Orang-orang Beriman Tidak Pernah Padam
"Sesungguhnya orang-orang mukmin hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka demi membela agama Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.s. al-Hujurat: 15).
Penjelasan ini menunjukkan bahwa semangat orang-orang beriman bersemayam dalam hati. Hal ini disebabkan karena perjuangan untuk mendukung nilai-nilai mereka berlangsung seumur hidup dan hanya ditopang dengan semangat yang bersumber pada keimanan. Kegigihan orang-orang beriman dalam usaha mereka yang terus menerus juga dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw: "Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan yang dilakukan dengan istiqamah." (H.r. Bukhari).
Faktor lain yang membuat semangat orang-orang beriman tetap kuat dan segar adalah rasa penghargaan yang disertai dengan kerinduan dalam hati mereka, yang mereka alami sepanjang hidup:
"Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.s. al-A'raf: 56).
Makna dari "Rasa takut dan harapan" ialah sebagai berikut: Orang beriman tidak pernah dapat yakin apakah Allah ridha dengan mereka, dan apakah mereka telah memperlihatkan perilaku moral yang baik, yang membuat mereka layak mendapatkan surga. Karena alasan ini mereka takut akan hukuman Allah dan terus-menerus berusaha untuk menyempurnakan moral. Sementara itu, mereka tahu bahwa melalui gairah dan ketulusan, mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh ridha Allah, cinta-Nya dan rahmat-Nya. Mereka mengalami ketakutan dan harapan sekaligus; mereka bekerja keras tetapi tidak pernah merasa usaha mereka cukup dan tidak pernah menganggap diri mereka sempurna, sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
"Mereka takut kepada Tuhannya dan takut dengan hisab (perhitungan amal) yang buruk." (Q.s. ar-Ra'd: 21).
Karena itu, mereka memeluk agama Allah dengan semangat besar dan melakukan usaha besar untuk kepentingan ini. Rasa takut kepada Allah menyebabkan mereka tidak lemah-hati atau lalai, dan perasaan ini mendukung semangatnya. Karena tahu bahwa Allah memberikan kabar gembira tentang surga bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, sehingga mendorong mereka untuk terus beramal dan memperkuat komitmennya.
Sebagaimana terlihat, konsep orang beriman tentang semangat sangat berbeda dari konsep masyarakat jahiliah. Dibandingkan dengan semangat kontemporer orang-orang kafir, semangat orang beriman merupakan luapan kegembiraan yang dipelihara oleh iman kepada Allah. Dia telah memberikan kepada orang-orang beriman kabar gembira tentang hasil dari semangat yang terus-menerus dalam al-Qur'an:
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin, bahwa sesungguhnya mereka memperoleh karunia yang besar dari Allah." (Q.s. al-Ahzab: 47).
Mereka Lebih Dahulu Berbuat Kebaikan
Iman dan ketaatan seseorang kepada Allah tidaklah sama. Allah telah menyatakan bahwa dalam hal keimanan, orang-orang beriman itu memiliki tingkatan-tingkatan tertentu:
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya dirinya sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (Q.s. Fathir: 32).
Apa yang memberikan kekuatan kepada mereka yang "lebih dahulu" ialah ketaatan mereka kepada Allah dan kerendahan hati mereka di hadapan-Nya. Keimanan mereka yang tulus memberi mereka semangat yang besar untuk berlomba-lomba dalam memperoleh ridha Allah. Dalam al-Qur'an dinyatakan bahwa mereka yang berusaha dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri mereka akan diberi derajat yang tinggi di sisi Allah:
"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad demi membela agama Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad di atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. Yaitu beberapa derajat daripada-Nya ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.s. an-Nisa': 95-6).
Mereka yang "pertengahan" adalah orang-orang yang lebih memilih jalan tengah daripada berusaha keras dengan hati dan jiwa mereka untuk memperoleh ridha Allah. Tak diragukan lagi, kondisi mereka di akhirat tidak akan sama dengan mereka yang lebih dahulu dalam beramal.
Di samping itu, Allah telah menyebutkan kelompok ketiga di kalangan orang-orang Islam: mereka yang tertinggal dalam hal gairah mereka untuk beramal.
"Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran)." (Q.s. an-Nisa': 72).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang dikutip sebelumnya dari Surat Fathir, orang-orang semacam itu menganiaya diri mereka sendiri, dan keadaan mereka di akhirat akan mencerminkan perbedaan itu. Sementara mereka yang lebih dahulu dalam beramal akan memperoleh derajat tertinggi dalam pandangan Allah, tetapi mereka yang lalai akan melihat usaha mereka hilang kecuali jika mereka bertobat dan mengganti kelalaiannya. Dua ayat dari al-Qur'an dapat dikutip sebagai contoh tentang masing-masing keadaan:
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad demi agama Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan." (Q.s. at-Taubah: 20).
"Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan pahala amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Q.s. al-Ahzab: 19).
Read more ...

KONSEP GAIRAH DALAM MASYARAKAT JAHILIAH

Selasa, 31 Juli 2012


Siapa yang Termasuk Anggota Masyarakat Jahiliah?
Kebodohan biasanya dipahami sebagai tak berpendidikan dan tak berbudaya. Namun, orang-orang bodoh yang digambarkan sepanjang buku ini adalah mereka yang bodoh mengenai agama Islam, mengenai kebesaran dan Sifat-sifat Allah yang menciptakan mereka, dan mengenai al-Qur'an yang telah diwahyukan untuk umat manusia. Orang-orang seperti itu hidup sesuai dengan informasi yang didiktekan kepada mereka oleh masyarakat yang sarat miskonsepsi, dan bukannya fakta-fakta yang terdapat dalam al-Qur'an. Allah mendefinisikan orang-orang bodoh sebagaimana mereka "agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai." (Q.s. Yasin: 6).
Kehidupan orang-orang yang lalai dari al-Qur'an dan tidak mengetahui hakikat kehidupan dunia, kebenaran tentang mati, dan pengalaman surga dan neraka setelah mati adalah cocok dengan kebodohan mereka. Akibatnya, masalah-masalah yang membuat mereka merasa bahagia, bersemangat dan bergairah didasarkan pada keyakinan yang salah.
Orang-orang yang Bodoh Hanya Bergairah Mengenai Tujuan-tujuan Keduniaan
"Mereka yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." (Q.s. al-A'raf: 51).
Sebagaimana ditunjukkan dalam ayat di atas, orang-orang dalam masyarakat jahiliah tertipu oleh kehidupan dunia ini. Meskipun tahu mengenai sifat kehidupan dunia yang singkat dan tidak sempurna, mereka lebih menyukai kehidupan yang sementara ini daripada kehidupan abadi di akhirat, karena mereka merasa lebih mudah untuk memperoleh kesenangan dunia dan ragu mengenai kehidupan akhirat. Alasan yang salah ini menganggap bahwa dunia berada dalam jangkauan mereka, sementara akhirat jauh sekali.
Ini jelas merupakan jenis penalaran yang sangat dangkal dan irasional. Bagaimanapun, kehidupan manusia di dunia ini terbatas pada periode waktu yang sangat singkat. Kehidupan manusia yang hanya enam atau tujuh puluh tahun, separonya dihabiskan di masa kanak-kanak dan kehidupan lanjut usia, jelas sangat pendek dibandingkan dengan kehidupan abadi di akhirat. Di samping itu, bahkan sebelum mencapai usia enam atau tujuh puluh tahun, orang mungkin sudah mati karena berbagai alasan. Setiap saat dia bisa mendapati kehidupannya, yang dia anggap berada dalam genggaman tangannya, tiba-tiba dicabut, dan mungkin, pada waktu yang tak diduga-duga, mendapati dirinya telah masuk ke kehidupan abadi di akhirat, meskipun selama ini dia menganggapnya sangat jauh.
Orang-orang bodoh dan yang lalai berusaha untuk mencari kepuasan sebanyak-banyaknya dalam kehidupan dunia, selama periode waktu yang singkat ini, ketimbang berusaha untuk memperoleh ridha Allah dan surga-Nya. Akibatnya, masalah-masalah memberinya semangat terbatas pada tujuan-tujuan kecil menyangkut dunia ini. Faktanya, perasaan yang mereka bayangkan sebagai semangat dan gairah tidak lain adalah kerakusan. Mereka, yang sangat bergairah menjalani kehidupan ini, merasakan kegairahan besar terhadap segala sesuatu dimana mereka mengharapkan akan memperoleh keuntungan dan kondisi kehidupan yang lebih baik. Maka, orang merasakan hasrat kuat untuk menjadi kaya atau memiliki status atau karir yang prestisius. Untuk mencapai tujuan semacam itu mereka melakukan semua bentuk pengorbanan diri dan menahan segala kesulitan.
Kehidupan sehari-hari orang-orang ini terikat dengan kejadian-kejadian yang mengungkapkan pemahaman mereka tentang semangat. Sebagai contoh, untuk memperoleh diploma, prestisius yang akan membuat dirinya memperoleh pengakuan, seorang mahasiswa mungkin menenggelamkan dirinya di tengah buku-buku selama bertahun-tahun. Sadar bahwa ini kondusif bagi keberhasilan, dia rela menghabiskan malam-malam tanpa tidur dan menghindari pergaulan, jika perlu. Hari-harinya dimulai dengan suasana pagi di kendaraan umum yang sesak dan dihabiskan dalam usaha keras, dimana dia menerima dengan senang hati. Namun, dia menolak untuk melakukan pengorbanan yang sama untuk membantu seorang teman karena hal itu tidak memberikan keuntungan duniawi. Apa yang digarisbawahi di sini ialah, bahwa meskipun sebagian besar orang tahu bagaimana menyelesaikan suatu tugas dengan semangat dan gairah, mereka hanya akan melakukannya jika tugas itu sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka tidak memperlihatkan ambisi yang sama untuk sesuatu yang akan mendatangkan ridha Allah, dan memperlihatkan ketidakmautahuan jika keuntungan duniawi tak bisa diharapkan.
Mentalitas jahiliah ini, yang hanya didasarkan pada keuntungan duniawi, dapat digambarkan dengan contoh berikut ini. Seorang eksekutif yang perusahaannya di ambang kebangkrutan mencurahkan seluruh energinya, pengetahuannya, sarana dan waktunya untuk menyelesaikan masalah itu. Tetapi karyawannya tidak merasakan kegairahan yang sama untuk menyelamatkan perusahaan dan kecil kemungkinannya untuk mencari solusi karena dia bukan orang yang akan mengalami kerugian langsung ketika perusahaan bangkrut. Sebagaimana terlihat, keuntungan duniawi umumnya melandasi semangat dan tekad yang dirasakan oleh para anggota masyarakat jahiliah. Sebesar mana keuntungannya, sebesar ambisi yang mereka miliki.
Gairah Para Anggotanya Hanyalah Keinginan Sementara
Konsep semangat dalam masyarakat jahiliah terlihat dalam kegairahannya dalam urusan keduniaan. Orang-orang mungkin mengalami gejolak minat dan semangat terhadap masalah tertentu dan kemudian suatu hari perasaan ini lenyap dengan tiba-tiba. Dalam masyarakat jahiliah hampir semua orang meluncurkan berbagai proyek dengan antusias. Namun, mereka meninggalkan proyek itu tak lama kemudian, hanya karena jenuh dan malas untuk melanjutkan. Sebagai contoh, sebagian besar orang yang ingin bermain musik segera kehilangan minat dan meninggalkan kursus. Seseorang yang ingin membantu orang yang membutuhkan dan segera memulai kerja amal, tak lama kemudian, mungkin ia akan kehilangan semangat dan menghentikan pekerjaannya. Karena orang-orang semacam itu tidak benar-benar berpegang pada cita-cita mulia, membantu orang miskin, melakukan perbuatan baik atau memperluas wawasan dalam bidang tertentu terbukti hanya merupakan tingkat sesaat. Menghabiskan hidup sehari-hari, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang dekat, dan memperoleh penghargaan orang lain sering sudah cukup untuk memuaskan orang-orang ini. Tidak ada sesuatu yang lebih tinggi dari itu yang bermakna bagi mereka. Karena itu, mereka kadang-kadang memberikan perhatian pada beberapa masalah yang tidak berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri, tetapi tak lama kemudian kepentingan mereka dikalahkan oleh kejenuhan dan kemonotonan.
Selama orang percaya usahanya akan memberikan kebaikan dan keuntungan baginya, semangat dan gairahnya tidak pernah padam. Namun tidak satu pun tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang melalaikan akhirat tidak layak untuk diberi semangat terus-menerus. Jika menjumpai kesulitan sedikit saja, kegagalan atau kritik, dia mungkin tiba-tiba merasa letih dan meninggalkan tujuannya. Di samping itu, dia mungkin menjadi putus asa. Pemikiran negatif seperti, "Saya sudah bersusah-payah untuk mencapainya tetapi gagal," menyeret dia ke dalam pesimisme dan memadamkan semangatnya.
Orang yang telah bertahun-tahun memendam ambisi untuk menjadi seorang arsitek mungkin tiba-tiba kehilangan semangat ketika dia menjumpai kesulitan-kesulitan dalam menggambar bangunan. Atau orang yang tertarik untuk melukis mungkin kehilangan semua minatnya setelah beberapa kali mencoba. Sering kali, komitmen mereka yang terlibat dalam kerja sukarela di organisasi amal dipuji di koran-koran dan oleh teman-temannya. Kesenangan yang diperoleh dari melakukan kerja amal, perasaan senang yang ditimbulkan oleh prosedur kerja itu, mungkin menarik orang lain. Namun, mereka yang terlibat dalam kerja amal untuk memperoleh prestise di masyarakat mungkin kehilangan minat setelah beberapa lama, dan satu-satunya cara untuk mempertahankan semangat ialah menjadikan usaha mereka diketahui publik dan memujinya. Yakni, mereka harus menerima manfaat, sekalipun manfaat psikologis; kalau tidak, bahkan bangun pagi di akhir pekan terasa sulit dan menjadi alasan untuk meninggalkan kegiatan-kegiatan seperti itu.
Namun, orang-orang beriman, yang terlibat dalam perbuatan baik dan membantu orang lain sebagai alat untuk memperoleh ridha Allah, tidak pernah kehilangan semangat mereka. Menghadapi kesulitan tidak akan membuat mereka meninggalkan cita-cita mereka. Sebaliknya, karena tahu bahwa adanya kesulitan-kesulitan menjadikan pekerjaan semacam itu lebih prestisius di mata Allah, mereka memperoleh kesenangan dan merasakan semangat yang lebih besar.
Read more ...

APA ITU SEMANGAT?

Selasa, 31 Juli 2012

Semangat dan gairah adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Namun, tujuan utama membicarakan konsep semangat dalam buku ini ialah untuk menguak perbedaan antara semangat yang dialami dalam masyarakat secara umum dan semangat yang dibicarakan dalam al-Qur'an kepada manusia.
Semangat, dalam pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. Apakah penting atau tidak, setiap orang punya tujuan yang ingin dia raih sepanjang hidupnya. Antusiasme, yang sering ditujukan untuk keuntungan material, juga mengemuka ketika nafsu keduniaan dibicarakan. Sebagian orang berusaha untuk menjadi kaya, untuk memiliki karir yang cemerlang atau jabatan yang prestisius, sementara yang lain berusaha untuk tampil lebih unggul atau untuk meraih prestise, penghormatan, dan pujian.
Sebagai contoh, setiap orang memahami tekad yang ditunjukkan oleh seorang siswa SMU untuk lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN), antusiasme seseorang yang diterima untuk menduduki jabatan yang diinginkan di sebuah perusahaan, atau ambisi dan upaya yang dilakukan untuk menggolkan transaksi bisnis yang diharapkan akan sangat menguntungkan. Ada satu ciri umum yang menonjol dalam semua ini - antusiasme menimbulkan karakter kuat dan khas pada seseorang yang kecil kemungkinannya akan muncul jika tidak ada semangat. Risiko-risiko yang dalam keadaan normal dihindari akan diambilnya demi mewujudkan suatu tujuan. Pengorbanan diri yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dilakukan tanpa ragu-ragu. Memang, orang mungkin akhirnya memperoleh kekuatan yang besar baik dalam pengertian material dan spiritual dengan menggunakan pengetahuannya dan kemampuannya secara maksimal.
Namun, semangat sebagian besar orang tidak bertahan seumur hidup karena tidak punya landasan yang kuat. Sering kali tidak ada tujuan khusus yang akan mempertahankan semangat dalam semua keadaan dan memberikan kekuatan kepada mereka. Satu-satunya orang yang tidak pernah kehilangan semangat di hati mereka sepanjang hidup adalah orang-orang beriman, karena sumber semangat mereka ialah keimanan kepada Allah dan tujuan utama mereka ialah memperoleh keridhaan Allah, rahmat-Nya dan surga-Nya.
Sebelum meneruskan pembicaraan tentang masalah ini, akan sangat membantu jika kita mendefinisikan konsep semangat yang menonjol di masyarakat Jahiliah, di mana orang tidak mengenal al-Qur'an atau hidup dengannya.
Read more ...