Ayolah kawan, kalian harus serius dengan kegiatan yang satu ini:
belajar. Judulnya sih ajakan buat anak cowok, tapi buat anak cewek
(girl) juga sebenarnya berlaku. Tetapi bukan berarti saya menyamakan
istilah boy buat anak cewek juga lho. Ini sekadar judul saja. Sekaligus
penekanan bahwa pada faktanya emang banyak anak cowok yang kurang serius
belajar ketimbang anak cewek. Bener nggak? Ayo ngaku! *ssstt… jangan
asal tuduh. Hehe…
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Alhamdulillah
sebenarnya masih cukup banyak yang serius belajar. Namun kayaknya dari
segi jumlah kalah banyak dengan yang malas belajar dan nggak serius
belajar. Buktinya apa? Yes, kita preteli satu persatu, Bro en Sis. Apa
saja itu?
Pertama, pacaran. Ya, kamu pernah kepikiran nggak lalu nanya pada
diri sendiri: kok yang pacaran kenapa makin marak ya? Hmm.. jawabannya
adalah: itu karena mereka masih mentingin hawa nafsu dan menyingkirkan
fokusnya dari belajar. Sebab, pada faktanya emang pacaran itu mengganggu
belajar. Bener lho. Memangnya kalo yang pacaran itu nggak harus mikirin
pacarnya? Cuma gandengan tangan pas pergi dan pulang sekolah? Nggak
lah. Mereka juga harus mikirin pulsa telepon, kudu mikirin rencana
jalan-jalan, beli pakaian, menganggarkan untuk membeli kosmetik, dan
seabrek rencana lainnya yang jelas di luar pelajaran sekolah. Itu kan
sama aja memikirkan kegiatan yang semestinya nggak perlu. Lebih oke kan
energinya dan dananya buat kepentingan belajar dan sekolah. Makin keren
lagi kalo kamu masih mikir temen yang nggak bisa sekolah karena nggak
punya dana, atau bercermin kepada mereka yang harus bela-belain kerja
setelah pulang sekolah untuk nambah uang jajan atau bayar SPP.
Ketika saya membina workshop jurnalistik di sebuah pusdiklat, saya
dan kawan instruktur lainnya meminta kru redaksi majalah di lembaga itu
untuk reportase seputar remaja yang harus sekolah tetapi sambil bekerja.
Terharu banget dengan hasil reportase kru redaksi. Ada anak yang harus
jual kantong keresek di pasar, kerja jadi tukang cuci motor, ada yang
juga tukang parkir. Coba, kamu siap nggak hidup begitu? Bagi mereka,
yang dipikirkan adalah bagaimana bisa sekolah, bayar sekolah dan bisa
bantuin meringankan beban ortunya. Rasa-rasanya nggak kepikiran deh
mereka untuk bisa pacaran. Lagian, siapa pula yang mau pacaran sama
remaja yang sibuk nyari nafkah buat diri dan keluarganya? Kalo nggak
percaya, sekali-kali kamu tengok kegiatan kawan-kawanmu yang seperti
itu. Atau, asah kepekaanmu dengan mengamati keseharian teman sekolahmu.
Supaya kamu bisa merasakan betapa berharganya kamu bisa belajar di
sekolah impian. Itu sebabnya, sayang banget kan kalo kamu bisa sekolah
di tempat yang keren tetapi kamu malah pacaran ketimbang belajar serius.
Kedua, tawuran. Aduuh nggak banget deh. Malulah kau sama temenmu yang
mengerahkan segenap tenaganya untuk bisa nyari nafkah buat meringankan
beban ekonomi keluarganya. Malu pula sama anak-anak Palestina yang
setiap hari memikirkan bagaimana caranya melempar batu untuk melawan
serdadu Yahudi Israel. Bercerminlah pada mereka yang memilih menjadi
pengemban dakwah di usia muda. Mereka yang bisa jaga diri, bisa menjadi
kebanggaan ortunya, dan bisa mengajak teman sekolahnya yang masih
amburadul akhlaknya untuk mau belajar dan memahami Islam serta
mengamalkannya. Buat kamu yang masih suka tawuran, apakah tidak
kepikiran untuk jadi anak baik-baik? Hormati dan sayanglah pada ortu
kalian yang udah bayarin SPP tiap bulannya, ngasih uang jajan, juga
ongkos agar bisa berangkat ke sekolah tanpa harus jalan kaki. Empatilah
sama ayahmu yang rela berpanas-hujan jualan di pasar demi membiayai
sekolahmu dan menggantungkan harapan setinggi langit agar kamu kelak
jadi anak yang sukses mendapat kehidupan yang layak dengan ilmu yang
kamu pelajari di sekolah. Tapi, akan kecewalah mereka ketika kamu
ditahan di kantor polisi gara-gara tawuran, atau malah meringkuk di
rumah sakit, sekarat dengan bekas luka-luka di sekujur tubuhmu.
Sadarlah!
Ketiga, hura-hura. Ya Allah, anak sekolah macam apa kalo kamu hobinya
dugem, hura-hura, pindah dari satu pesta ke pesta lain, adu gengsi soal
harga diri. Hmm.. kasihan ortumu yang udah memfasilitasimu dengan
segala pernik kesenangan hidup. Saya sebenarnya sering prihatin, ngeliat
banyak pelajar SMA yang bawa kendaraan sendiri ke sekolah, handphone
mahal berkelas tinggi, laptop yang paling keren dia punya, jam tangan
mewah, pakaian merek terkenal. Jika orang yang jahat mau menghitung
harta yang kau bawa, rasanya mereka bisa menjadikan kamu sebagai
sanderanya demi berharap uang tebusan puluhan juta rupiah dari ortumu.
Ah, rasanya kadang hidup ini timpang dan bikin kita tersenyum getir.
Gimana nggak, banyak anak yang susah dapat akses pendidikan, meski yang
murah sekalipun karena ortunya tak mampu membiayai. Bagi anak yang
semangat belajarnya tinggi, dia akan cari cara gimana bisa belajar dan
dapatkan pendidikan. Mulai dari nyari beasiswa, nyari donatur, bahkan
bekerja untuk mendapakan uang agar bisa digunakan membiayai sekolahnya.
Kamu pernah baca novel atau nonton film “Sang Pemimpi”? Kalo kamu
bercermin dari kehidupan tiga tokoh dalam cerita itu, rasanya bisa bikin
semangatmu berapi-api tertular semangat juangnya Arai, Ikal dan
Jimbron. Kerenlah pokoknya. Mereka harus belajar sekaligus nyari uang
buat menyambung hidup karena jauh dari orang tua mereka, ditambah upaya
untuk mewujudkan mimpinya bisa sekolah yang lebih tinggi hingga ke luar
negeri. Semangat belajar dan mimpi mengejar cita-citanya patut dicontoh.
Lalu, bagaimana dengan kamu?
Contohlah para ulama
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Hmm.. kalo kita
ngomongin soal kehebatan para ulama dalam mencari ilmu. Rasa-rasanya
bakalan bikin kita semangat. Saya merasa bahwa para ulama (sebelum
menjadi ulama) kemungkinan besar membaca hadits Rasulullah saw. Misalnya
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan yang padanya dia menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke surga.” (HR Muslim)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan.” (HR Ahmad, Ibn Hibban, dan Hakim)
Wuih, hadis keren banget nih. Kabar gembira para pencari ilmu macam
kita-kita ini, Bro en Sis. Subhanallah, betapa mulianya orang-orang yang
ditunjuki jalan untuk mencari ilmu, khususnya ilmu agama Islam.
Di masa lalu, ada ulama yang tetap tenang—bahkan sempat berpikir dan
belajar—meski di hadapan singa. Ulama tersebut adalah Abul Hasan Bunan
bin Muhammad bin Hamdan. Ya, beliau adalah salah seorang ulama yang
dikenal banyak memiliki karomah. Suatu saat karena dia berani
mengingkari Ibnu Thulun, maka dia dihukum dan dicampakkan di depan
singa. Sang singa pun menciuminya tetapi anehnya dia tidak menerkam Abul
Hasan. Akhirnya, dia dibebaskan. Orang-orang merasa heran dengan
kejadian tersebut. Seorang pernah bertanya kepada beliau: “Bagaimana
perasaan Anda tatkala berada di depan singa?” Beliau menjawab: “Saya
tidak cemas sama sekali, bahkan saat itu saya sedang memikirkan tentang
air liur binatang buas serta perbedaan pendapat di kalangan ulama ahli
fiqih, apakah suci ataukah najis!” (al-Bidayah wa Nihayah 12/158 karya Ibnu Katsir)
Sobat, rasanya jaman sekarang agak sulit nyari orang yang mau belajar
dan untuk mendapatkannya kudu merasakan ‘siksaan’ terlebih dahulu. Hah?
Siksaan? Hehehe.. nggak lah. Maksudnya, mirip siksaan. Tepatnya pukulan
dan tendangan. Mau tahu kisahnya? Begini nih… dalam biografi Hisyam bin
Ammar disebutkan bahwa dia pernah masuk ke ruangan Imam Malik tanpa
izin seraya mengatakan: “Ceritakanlah kepaku hadits.” Imam Malik
mengatakan: “Bacalah.” Hisyam berkata: “Tidak, yang saya inginkan adalah
engkau menceritakan kepadaku hadits.” Tatkala Hisyam sering
mengulang-ngulang hal itu, maka Imam Malik mengatakan: “Wahai pelayan,
pukullah dia sebanyak lima belas kali.”
Pelayan pun memukul Hisyam lima belas kali lalu membawanya kepada
Imam Malik. Hisyam berkata kepada Imam Malik: “Kenapa engkau
menzhalimiku? Engkau telah memukulku tanpa dosa yang kuperbuat. Aku
tidak menghalalkanmu.” Imam Malik berkata: “Terus, apa tebusannya?”
Hisyam menjawab: “Tebusannya adalah engkau menceritakan kepadaku lima
belas hadits.” Maka beliau pun menceritakan lima belas hadits kepada
Hisyam. Hisyam berkata lagi kepada Imam Malik: “Tolong tambahi lagi
pukulannya sehingga Anda menambahi lagi hadits untukku.” Mendengar itu,
Imam Malik tertawa seraya mengatakan: “Pergilah kamu.” (Siyar Alam Nubala 3/4093 karya adz-Dzahabi, cetakan Baitul Afkar)
Kisah lain, yakni saat rihlah (perjalanan jauh untuk menuntut ilmu)
yang dilakukan oleh Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal. Dikisahkan,
ketika mereka hendak pulang, mereka singgah di Imam Abu Nu’aim Fadhl bin
Dukain karena Yahya bin Ma’in ingin mengetes hafalannya. Setelah Imam
Abu Nu’aim tahu bahwa dirinya sedang dites, maka dia menendang Yahya bin
Ma’in. Akhirnya, Imam Ahmad berkata kepada Yahya: “Bukankah sudah
kukatakan kepadamu jangan mengetesnya karena dia adalah seorang yang
kuat hafalan-nya.” Yahya berkata: “Demi Allah, sungguh tendangannya
lebih aku sukai daripada semua perjalananku ini.” (ar-Rihlah fi Tholabil Hadits hlm. 207 karya al-Khathib al-Baghdadi)
Okelah Boys and gals, ini sekelumit saja cerita dari ratusan cerita
menarik seputar semangat belajarnya orang-orang hebat, yakni para ulama.
Kita, layak mencontoh mereka. Jadi, ayo fokuslah belajar, Bro en Sis!
Semoga ilmu yang kau raih bermanfaat dan barokah. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar